(Bukti
Tana Toraja tidak Cuma menjual wisata budaya)
Sarambu Asing Waterfall |
> Sejarah awal penemuan objek air
terjun Sarambu Asing
Masyarakat
setempat meyakini bahwa Sarambu Asing
pertama kali dikunjungi oleh orang Belanda yang pernah menetap di Tana Toraja
sekitar tahun 1930an. Beberapa
keterangan menyebutkan bahwa orang belanda tersebut adalah pengusaha kopi robusta yang mencari objek wisata untuk
melepaskan penat setelah mengawasi
pekerja di perkebunan kopinya. Penamaan objek wisata dengan kata “Sarambu Asing” juga memiliki keterkaitan dengan
orang Belanda tersebut. Sarambu dalam
bahasa Toraja berarti Air terjun dan Asing berasal dari bahasa Indonesia sebagai
penggambaran bahwa Sarambu tersebut
ditemukan oleh orang asing.
> Menuju Sarambu Asing
Sarambu
Asing terletak di Kabupaten Tana Toraja, tepatnya di Lembang/Desa Patongloan,
Kecamatan Bittuang. Jarak dari ibukota kabupaten Tana Toraja, Makale ± 44 Km.
Jalan menuju titik air terjun juga merupakan akses yang menghubungkan antara
kabupaten Tana Toraja dengan kabupaten Mamasa.
> Daya Tarik dan Kondisi Alam
Air
terjun merupakan daya tarik utama dari Sarambu Asing. Ketinggiannya
diperkirakan mencapai 70 meter dengan tiga tingkatan. Ciri khas alam pegunungan
dengan udara yang segar dan air yang dingin. Dominasi vegetasi pada areal ini
adalah tanaman seperti pinus (Pinus
merkusii), cemara gunung (Casuarina junghuhniana) dan jenis vegetasi
lainnya. Beberapa informasi menyebutkan bahwa wilayah ini juga pernah menjadi
habitat alami dari anoa (Bubalus quarlesi) dan jenis rusa (Cervus sp).
Titik
air terjun dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalan ini
dapat dilalui bila hari tidak hujan. Akses jalan dengan rintisan lebar sudah dibuat
oleh Pemerintah Daerah setempat, namun fasilitas wisata seperti shelter, pusat informasi, WC umum serta
fasilitas penunjang lainnya belum tersedia.
Sama
halnya dengan objek wisata lain, Sarambu asing
juga ramai dikunjungi oleh penikmat alam
hanya pada musim liburan saja. Menurut Kepala Lembang (Desa,red), pada hari sabtu minggu dan hari libur lainnya,
pengunjung objek wisata ini berkisar antara 150 hingga 200 orang. Sedangkan
rata rata pengunjung pada hari biasa hanya berkisar antara 4 sampai 10 Orang.
> Persepsi Pemerintah Daerah
Selain
Sarambu Asing, saat ini terdapat kurang lebih 20 objek wisata unggulan di Tana
Toraja. Di antaranya, permandian alam Tilanga di Makale Utara,
Pekuburan alam Lemo di Makale Utara, dan rumah adat tongkonan di
Sillanan. Pada tahun 2011, Pemerintah daerah Tana Toraja mengalokasikan
anggaran 2,5 miliar rupiah untuk mengembangkan objek objek wisata tersebut,
termasuk objek wisata Sarambu Asing. Bentuk pengembangan yang sudah ada saat
ini adalah pembukaan akses jalan lebar menuju titik air terjun.
Dukungan
yang besar buat pengembangan objek patut mendapatkan apresiasi. Namun
pemerintah jangan sampai melupakan sisi ekologis dari dari setiap usaha
penataan areal wisata. Apalagi, menurut dinas Kehutanan dan Perkebunan Tana
Toraja, air terjun Sarambu Asing sebagian berada dalam kawasan hutan dengan
status Hutan Lindung dan Hutan Produksi terbatas.
> Saran Pengembangan
Prospek
pengembangan yang sangat potensial dengan daya tarik keindahan alam yang
terhitung masih alami merupakan modal utama yang dimiliki oleh Sarambu Asing. Beberapa saran
pengembangan objek wisata Sarambu Asing
antara lain :
1. Rencana
pengembangan harus memperhatikan status fungsi kawasan. Dengan status fungsi
sebagai hutan lindung atau Hutan Produksi terbatas, maka beberapa perlakuan alam bisa menjadi terbatas
karena beberapa kegiatan tertentu yang mungkin haram dilakukan pada jenis fungsi kawasan dimaksud;
2. Perubahan
fungsi areal objek wisata Sarambu Asing
menjadi kawasan konservasi dalam bentuk Taman Wisata Alam bisa menjadi solusi
bagi pengembangan areal wisata yang maksimal dengan memperhatikan aspek aspek
pengembangan wisata alam berbasis ekowisata;
3. Diversifikasi
kegiatan wisata yang potensial dikembangkan pada areal ini antara lain; Mounting Bike, Arung jeram terbatas, Camping, Hiking dan sebagainya;
4. Pelibatan
masyarakat dalam pengembangan objek wisata mutlak dilakukan. Konsep Community Based Tourism (CBT) terbukti dapat
memperbaiki taraf hidup masyarakat lokal sekitar kawasan/areal objek wisata
yang dikembangkan.
(dedikasi buat kanda (Alm) Nakhriady, SP)
(dedikasi buat kanda (Alm) Nakhriady, SP)
0 Comments:
Post a Comment