Wednesday, May 15, 2013

Sarambu Asing Waterfall

(Bukti Tana Toraja tidak Cuma menjual wisata budaya)
  
Sarambu Asing Waterfall
“Tana toraja”, mendengar nama salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan ini akan langsung mengingatkan kita akan satu wilayah yang terkenal dengan objek wisata budaya Upacara adat kematian Rambu Solok, rumah adat Tongkonan, Kerbau belang (Tedong Bonga) hingga tempat penguburan mayat di tebing tebing batu. Pesona keindahan Tana Toraja ternyata bukan hanya itu, tanah Aluk To Dolo juga memiliki Sarambu Asing, objek wisata air terjun yang pada akhir bulan Februari tahun 2012 dikunjungi oleh Tim Inventarisasi Penilaian Potensi Calon Kawasan Konservasi dari Bidang KSDA Wilayah I Palopo.
>   Sejarah awal penemuan objek air terjun Sarambu Asing
Masyarakat setempat meyakini bahwa Sarambu Asing pertama kali dikunjungi oleh orang Belanda yang pernah menetap di Tana Toraja sekitar tahun 1930an. Beberapa keterangan menyebutkan bahwa orang belanda tersebut adalah pengusaha kopi robusta yang mencari objek wisata untuk melepaskan penat setelah mengawasi pekerja di perkebunan kopinya. Penamaan objek wisata dengan kata Sarambu Asing juga memiliki keterkaitan dengan orang Belanda tersebut. Sarambu dalam bahasa Toraja berarti Air terjun dan Asing berasal dari bahasa Indonesia sebagai penggambaran bahwa Sarambu tersebut ditemukan oleh orang asing.  
>   Menuju Sarambu Asing
Sarambu Asing terletak di Kabupaten Tana Toraja, tepatnya di Lembang/Desa Patongloan, Kecamatan Bittuang. Jarak dari ibukota kabupaten Tana Toraja, Makale ± 44 Km. Jalan menuju titik air terjun juga merupakan akses yang menghubungkan antara kabupaten Tana Toraja dengan kabupaten Mamasa. 
>   Daya Tarik dan Kondisi Alam
Air terjun merupakan daya tarik utama dari Sarambu Asing. Ketinggiannya diperkirakan mencapai 70 meter dengan tiga tingkatan. Ciri khas alam pegunungan dengan udara yang segar dan air yang dingin. Dominasi vegetasi pada areal ini adalah tanaman seperti pinus (Pinus merkusii), cemara gunung (Casuarina junghuhniana) dan jenis vegetasi lainnya. Beberapa informasi menyebutkan bahwa wilayah ini juga pernah menjadi habitat alami dari anoa (Bubalus quarlesi) dan jenis rusa (Cervus sp).
Titik air terjun dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalan ini dapat dilalui bila hari tidak hujan. Akses jalan dengan rintisan lebar sudah dibuat oleh Pemerintah Daerah setempat, namun fasilitas wisata seperti shelter, pusat informasi, WC umum serta fasilitas penunjang lainnya belum tersedia. 
Beberapa Pengunjung Objek Wisata
>   Kondisi Kunjungan wisata
Sama halnya dengan objek wisata lain, Sarambu asing juga ramai dikunjungi oleh penikmat alam hanya pada musim liburan saja. Menurut Kepala Lembang (Desa,red), pada hari sabtu minggu dan hari libur lainnya, pengunjung objek wisata ini berkisar antara 150 hingga 200 orang. Sedangkan rata rata pengunjung pada hari biasa hanya berkisar antara 4 sampai 10 Orang. 
>   Persepsi Pemerintah Daerah
Selain Sarambu Asing, saat ini terdapat kurang lebih 20 objek wisata unggulan di Tana Toraja.  Di antaranya,  permandian alam Tilanga di Makale Utara, Pekuburan alam Lemo di Makale Utara,  dan rumah adat tongkonan di Sillanan. Pada tahun 2011, Pemerintah daerah Tana Toraja mengalokasikan anggaran 2,5 miliar rupiah untuk mengembangkan objek objek wisata tersebut, termasuk objek wisata Sarambu Asing. Bentuk pengembangan yang sudah ada saat ini adalah pembukaan akses jalan lebar menuju titik air terjun. 
Dukungan yang besar buat pengembangan objek patut mendapatkan apresiasi. Namun pemerintah jangan sampai melupakan sisi ekologis dari dari setiap usaha penataan areal wisata. Apalagi, menurut dinas Kehutanan dan Perkebunan Tana Toraja, air terjun Sarambu Asing sebagian berada dalam kawasan hutan dengan status Hutan Lindung dan Hutan Produksi terbatas. 
>   Saran Pengembangan
Prospek pengembangan yang sangat potensial dengan daya tarik keindahan alam yang terhitung masih alami merupakan modal utama yang dimiliki oleh Sarambu Asing. Beberapa saran pengembangan objek wisata Sarambu Asing antara lain :
1.      Rencana pengembangan harus memperhatikan status fungsi kawasan. Dengan status fungsi sebagai hutan lindung atau Hutan Produksi terbatas, maka beberapa perlakuan alam bisa menjadi terbatas karena beberapa kegiatan tertentu yang mungkin haram dilakukan pada jenis fungsi kawasan dimaksud;
2.      Perubahan fungsi areal objek wisata Sarambu Asing menjadi kawasan konservasi dalam bentuk Taman Wisata Alam bisa menjadi solusi bagi pengembangan areal wisata yang maksimal dengan memperhatikan aspek aspek pengembangan wisata alam berbasis ekowisata;
3.      Diversifikasi kegiatan wisata yang potensial dikembangkan pada areal ini antara lain; Mounting Bike, Arung jeram terbatas, Camping, Hiking dan sebagainya;
4.      Pelibatan masyarakat dalam pengembangan objek wisata mutlak dilakukan. Konsep Community Based Tourism (CBT) terbukti dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat lokal sekitar kawasan/areal objek wisata yang dikembangkan.  

(dedikasi buat kanda (Alm) Nakhriady, SP) 

0 Comments:

Post a Comment