Sunday, June 18, 2023

Gandang Dewata, Taman Nasional ke 53 di Indonesia

Taman Nasional Gandang Dewata memiliki luas 189.208,17 hektar, terletak di Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju Tengah, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat. Merupakan kawasan konservasi yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi dengan keaslian dan keunikannya.

Puncak Gandang Dewata di 3074 mdpl

Pada tahun yang sama dengan ditetapkannya Taman Nasional Zamrud, di sisi tengah Indonesia, tepatnya di Propinsi Sulawesi Barat, lahir pula Taman Nasional Gandang Dewata. Taman Nasional ke-53 ini memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dengan keaslian dan keunikannya, menjadi dasar utama penetapan kawasan ini sebagai taman nasional. Kawasan ini juga menjadi habitat penting bagi sejumlah spesies burung endemik dan beberapa spesies baru yang ditemukan. Selain itu, taman nasional ini memiliki keindahan alam yang dapat menjadi objek dan daya tarik wisata alam. Gandang Dewata juga memiliki peranan penting sebagai pemasok air bagi penduduk di sekitarnya. Bahkan PLTA Bakaru di Kabupaten Pinrang yang merupakan pembangkit listrik terbesar di Sulawesi Selatan, Suplay airnya juga salah satunya bersumber dari Kawasan Taman Nasional Gandang Dewata.

Pecinta alam di jalur pendakian

Banyak mitos, adat, budaya dan kepercayaan serta sejarah cerita-cerita misteri yang masih tetap terpelihara terkait Gunung Gandang Dewata, sehingga sebagian besar masyarakat setempat menganggap gunung ini sangat mistis dan sakral. Ada cerita menarik yang secara turun temurun dan masih dipercayai hingga saat ini, seperti misalnya "tau-tau bannik" (Bahasa Mamasa), artinya makhluk kerdil yang hidup berkelompok di hutan, konon perkampungan makhluk kerdil itu kadang tampak dan kadang tidak, kemudian cerita tentang pengembala anoa yang masih misteri.

Saat ini, Pengelolaan Taman Nasional dibawah Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan dengan Kantor perwakilan pengelolaan Taman Nasional berada di Kota Mamasa. 

Jarak tempuh dari Mamuju, ibu kota Sulawesi Barat ke Mamasa sejauh 148 KM dengan waktu tempuh sekitar sekitar 5-6 jam. Sedangkan jika anda dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, sekitar 340 kilometer atau sekitar 10 jam. Adapun dari Polewali Mandar, sebagai daerah asal sebelum dimekarkan, sekitar 93 kilometer atau 3-4 jam.

Sama seperti daerah Sulbar pada umumnya, ke Mamasa melalui jalur darat menggunakan bus dan omprengan dengan fasilitas AC dan non-AC. Tarif dari Makassar mencapai Rp 200 ribu. Sedangkan dari Mamuju dikisaran Rp 140-160 ribu.

Letak geografis yang cukup dekat dengan Toraja membuat daerah ini juga menyediakan fasilitas angkutan umum untuk dua daerah ini. Menggunakan bus, anda hanya merogok kocek kisaran Rp 8 ribu-Rp 100 ribu. Namun kondisi jalan yang belum baik membuat jarak tempuhnya hingga 10 jam.

Jalur darat itu kerap menjadi polemik karena tak terawat dengan baik. Tak jarang, kita menemukan jalan berlubang, berlumpur, dan tak beraspal bila sudah melewati kota Polewali. Akibatnya, jarak tempuh normal kadang meleset dari perkiraan. Namun hamparan hutan hijau yang terbentang di kanan kiri jalan bakal menghilangkan rasa bosan di perjalanan. Di sana ada barisan hutan pinus nan hijau serta sejuk.

Pembangunan bandar udara perintis bernama Bandara Sumarorong sangat membantu mengurangi masalah transportasi ke daerah ini. Bandara dengan panjang landasan pacu 900 meter dan lebar 30 meter telah beroperasi pada 2014. Pesawat yang menggunakan jasa bandara tersebut milik Aviastar, maskapai penerbangan domestik yang berbasis di Jakarta Timur. Namun sayangnya, sejak 5 tahun terakhir, belum pernah lagi beroperasi.

Masalah akomodasi dan konsumsi tak usah dikhawatirkan, ada beberapa fasilitas penginapan kelas melati dengan kisaran harga antara Rp. 200.000,- Rp. 600.000,- di pusat kota Mamasa. Beberapa rekomendasi penginapan itu antara lain Hotel Sajojo, Hotel Matana, Al Ikhsan dan sebagainya. Sedangkan untuk urusan konsumsi, warung berstatus ‘umum’ gampang ditemui. Walaupun penduduk Mamasa didominasi oleh Masyarakat Nasrani, tapi penghargaan terhadap calon tamu yang mengharamkan makanan tertentu sangat besar.

Jangan ragu berkunjung ke Kota Mamasa dan jika masih ada pertanyaan, silahkan hubungi salah satu kontak Pengelola Taman Nasional, Hamka (085342549936)

Continue reading Gandang Dewata, Taman Nasional ke 53 di Indonesia

Monday, January 14, 2019

Ekspedisi TNGD (Menguak Misteri) / Episode 1

Gandang Dewata dari Paparandangan
Layar GPS (Global Position System) menunjukkan angka 2521 mdpl. setidaknya masih butuh beberapa hari untuk menjejakkan kaki pada puncak tertinggi Gunung Gandang Dewata di angka 3037 mdpl. Gunung Gandang dewata adalah salah satu gunung tertinggi yang terletak di kawasan bagian Barat Sulawesi (Pegunungan Quarlesi) dan merupakan gunung tertinggi kedua di Sulawesi setelah gunung Latimojong (3478 Mdpl). Gunung Gandang Dewata tepat berada di Kabupaten Mamasa berbatasan dengan Kabupaten Mamuju yang mempunyai ketinggian 3037 mdpl. (pada Ekpedisi episode 2, terkoreksi menjadi 3074 mdpl)

Bersama dengan 8 orang dari Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan dengan bantuan 2 orang potter lokal, ekspedisi puncak Gandang Dewata dimulai sejak 2 hari kemarin (30 Agustus 2016) dengan mengambil jalur dari Kota Mamasa.  Kami bukan yang pertama dan setidaknya ini adalah tim pendakian yang kesekian kalinya masuk di Gandang Dewata. beberapa literatur hasil browsing menunjukkan bahwa beberapa komunitas pecinta alam telah menapakkan jejaknya di puncak tertinggi di Sulawesi Barat ini. 
Continue reading Ekspedisi TNGD (Menguak Misteri) / Episode 1

Thursday, July 13, 2017

Sejarah Gandang Dewata



Rante Pongkok merupakan Tanah Tua pemekaran dari Rante Suro desa Tondok Bakaru Kabupaten Mamasa Sulbar adalah tempat yang memiliki budaya serta adat istiadat dan hutan yang terjaga dengan misterinya sendiri. Misteri itu terbungkus oleh mistisisme ekologi Gandang Dewata.
Jika ditelisik, saintisme ekologi yang dianut para pakar lingkungan atau  mereka yang disebut sebagai ilmuwan ekologi, sungguh berbeda jauh dengan indigenous knowledge atau  kearifan pengetahuan lokal masyarakat
Jamak dipahami bahwa, untuk memahami sains atau ilmu pengetahuan maka langkah yang bisa ditempuh adalah, logico hypothetico verificatif yakni membuktikan bahwa sesuatu itu logis, dan padanya bisa diajukan hipotesis dan dapat dibuktikan. ia dapat diukur degan menggunakan rasio dan bukti empiris.
Sedangkan mistik, ukurannya ada pada kepercayaan yang kebenarannya dapat diukur dengan empiris. Karenanya acapkali ia adalah suatu pengetahuan yang tidak dapat dijelaskan secara rasional namun ia diyakini secara subjektif dan memang dapat dibuktikan secara empiris.


Kesimpulannya, sains tidak membutuhkan mistisme, mistisme tidak membutuhkan sains, namun manusia butuh keduanya.
Sampai disini dapat dipahami bahwa, mistik merupakan kekuatan intuisi yang memang tak bisa diperoleh dari bangku sekolah, perguruan tinggi dan teori teori akademis. Mistik secara intuitif merupakan kemampuan deep inner personality “personalitas dalam hati” untuk memahami apa itu kebenaran dan kesejatian. Mistik sering disalah pahami karena hanya ditinjau dari segi keterbatasan logika atau nalar, teori-teori sains, dan pandangan agama formal.

Esoterik Mistis G. Gandang Dewata (3037 mdpl)
Misteri dan “mistisme ekologi” ini akan selalu terjaga kekentalannya oleh para pengunjung yang hendak mendaki ke Gandang Dewata dan masyarakat setempat Dusun Rante Pongkok Kabupaten Mamasa.
Mendaki erat kaitannya dengan spritualitas sehingga untuk memahami kandungan esoterik yang dimiliki oleh Gandang Dewata butuh kejernihan akal dan pikiran. Gandang Dewata Sendiri jika ditinjau dari sejarah pada mulanya adalah daratan terendah di pulau Sulawesi hal tersebut dibuktikan dengan adanya batu besar berbentuk perahu yang konon ceritanya adalah milik Putri Raja yang kandas di Puncak Gunung Gandang Dewata. Tapi kini Gandang Dewata telah menjadi tanah tertinggi di Sulawesi Barat namun sisa-sisa lautan masih kadang kita jumpai.
Penghuninya, sebagaimana Daud, salah seorang tokoh masyarakat Mamasa yang dikenal sebagai “pakar” mistikus ekologi Gandang Dewata menyebutkan, masyarakat Rante Pongkok adalah masyarakat yang mempertahankan hidupnya dari bertani di alur pegunungan Gandang Dewata.
Secara sosiologis, Gandang Dewata telah memiliki hubungan emosional dengan masyarakat kampung terakhir Desa Rante Pongkok sejak dulu. Untuk memahami kepercayaan tradisional mistis terhadap keberadaan penghuni di hutan “perawan” tersebut jika mau jujur, merupakan konsep rumit pada extra-sensory perception of meta linguistic “metabahasa dalam kepekaan rasa batin”. Mereka menemukan cara rahasia melalui meta linguistic system untuk melindungi ciptaan Tuhan yang sangat kompleks di hutan tersebut. Dengan menghubungkan keberadaan turunnya Dewa yang membunyikan gendang yang senantiasa memberikan informasi kepada masyarakat melalui hutan, serta hutan sebagai lahan untuk menunjang hidup maka hutan terlegitimasi secara etik dan moral untuk dijaga dan dicintai.

Mitos Di Balik Indahnya Alam Gandang Dewata
Konon, dahulu kala ketika dewa-dewa masih senang turun ke dunia, maka Hutan Gunung Gandang Dewata adalah tempat pilihannya. Sebagian masyarakat mempercayai hal tersebut dan kepercayaan itu mungkin timbul dari apa yang mereka rasakan selama hidup dari sumber hutan.
Gunung Gandang Dewata masih tenang, tegak diselimuti kabut putih. Dan turunnya kabut tersebut dipercaya oleh segilintir masyarakat Rante Pongkok adalah keinginan para penghuninya.
Kepercayaan tersebut jelas sangat berbeda dengan apa yang kita yakini bahkan keberadaan pengembala anoa yang sampai hari ini belum pernah kita dengar bahkan kita lihat keberadaannya adalah benar adanya. Entah dari mana kepercayaan itu muncul. Jelasnya hal tersebut di paparkan oleh Daud yang juga tak lain adalah juru kunci Gunung Gandang Dewata saat pengambilan data Gunung Mambulilling di lapangan.
Banyak orang pernah mendengar legenda budaya bangsa maya. Selama ini, kesan sebagian besar orang terhadap bangsa maya tidak terlepas dari suasana hutan belantara.
Dimana bangsa maya, yang terlintas dalam benak sejumlah orang adalah sekelompok mahluk halus yang berada di dalam hutan belantara yang terpencil dan sepi.
Lalu siapakah bangsa maya penghuni Gunung Gandang Dewata tersebut. Keberadaan mereka diyakini oleh semua orang sebagai penghuni Gunung Gandang Dewata yang masih sebangsa dengan manusia. Mereka dari bangsa maya yang dikenal dengan nama To Membuni.
Diyakini mereka adalah salah satu penghuni  Gunung Gandang Dewata yang ada di dalam hutan, dan beraktivitas dalam hutan belantara. Mereka tidak banyak bercampur dengan manusia tetapi kadang pula menampakkan dirinya dan masuk ke dunia manusia.
Setiap alam kehidupan mempunyai urusannya masing-masing mereka tergolong dalam golongan mahluk-mahluk halus yang asli dan tinggal di dunianya bersama masyarakat sendiri.
To Membuni adalah sekelompok masyarakat yang tak tampak kasat mata namun dia dapat berkomunikasi dengan orang-orang tertentu.
“Inilah kenyataan misteri yang dikandung oleh Hutan Perawan Gunung Gandang Dewata dan setiap pendaki yang pernah kesana pasti bisa merasakan keberadaanya,” ungkap Daud suatau ketika kepada penulis.
To Membuni termasuk mahkluk halus yang hidup di alam demit (salah satu dari enam alam yang di huni mahluk halus). Bangsa ini memang senang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang hijau dan lebih sejuk hawanya, rumah-rumah mereka bentuknya sederhana terbuat dari kayu dan bambu. Mereka seperti manusia hanya bentuk badannya lebih kecil. Kehidupannya hampir sama seperti kehidupan di dunia manusia, yang membedakannya adalah tidak adanya sinar terang seperti matahari dalam lingkungan hidup mereka.
Dalam dunianya mereka merokok. Bahkan rokok yang mereka gunakan sama seperti di dunia manusia, membayar dengan uang yang sama, memakai macam pakaian yang sama, bahkan mereka mempunyai kota seperti di dunia manusia. Dan sekali lagi, Ia tak nampak oleh kasat mata.
Begitu banyak cerita yang diungkap oleh masyarakat Rante Pongkok Desa Tondok Bakaru Mamasa tentang keramatnya Gunung Gandang Dewata yang dapat membuat bulu kuduk merinding saat mendengarnya. Gunung keramat ini kemudian kian bertambah misterinya, utamanya saat peristiwa hilangnya Mayor Latang secara misterius di Alur Pegunungan Gunung  Gandang Dewata. Namun mampukah kita membuktikan kebenaran mitos tersebut. Entahlah. (s)
By  : mustakim
sumber : https://latimojong.wordpress.com/2011/01/23/sejarah-gandang-dewata/
Continue reading Sejarah Gandang Dewata

Wednesday, April 2, 2014

Lihat apa di PALOPO ?




Palopo, layaknya sebuah pusat kota kerajaan Sawerigading. Demikian aku melihatnya. Ini pendapat pribadi saya lho..., yang memang bukan berasal dari Kota yang indah ini. luas kota palopo tidak terlalu besar, sejam juga sudah cukup untuk mengitari seluruh wilayahnya.
Kalo anda ada rencana berkunjung ke kota ini, setidaknya ada beberapa titik yang harus kalian kunjungi.
Continue reading Lihat apa di PALOPO ?

Monday, March 24, 2014

Tips Nyusun DUPAK





Tulisan dari amankdhay.blogspot.com
Gambar from : Sakeragambar,blogspot.com
Hmm…. ini adalah masalah serius karena sebenarnya sayapun mempunyai kelemahan dalam bagaimana disiplin menyusun DUPAK ( Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit ). Ingat wahai saudaraku yang fungsional bahwa angka kredit itu adalah suatu kewajiban, keharusan kalau ingin naik pangkat ( kalau senang-senang saja dengan pangkat dan jabatan sekarang ya ga masalah… hehe ) dalam menyusun (bukan membuat) angka kredit beberapa hal yang dapat saya bagi tips dan caranya agar lebih efesien dan mudah
Pertama : Aktiv ; artinya kalau ingin mendapat angka kerdit harus rajin, ulet, semangat dan pantang

menyerah….anggap saja AK (angka Kredit) adalah SKS kita yang wajib kita selesaikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan (biasanya 2 tahun minimal ).
Continue reading Tips Nyusun DUPAK

Sunday, September 29, 2013

Menambahkan Jam pada Blog

Waktu adalah uang, atau taim 'si' money...., kata orang orang yang suka ngecas cis cus lidahnya...hehehe. 
Nah, kadang kala kalo lagi keasyikan ngeBlog, kita lupa waktu, dan itu artinya kita kehilangan uang banyak.
Nah anda mau punya punya tampilan jam di Blog ? yang bisa mengEliminir potensi kehilangan uang...!, ada banyak cara yang dapat kita lakukan. salah satunya adalah seperti yang telah saya intip dari Spectrum Of Colour, Blognya mba' Yeti :

Continue reading Menambahkan Jam pada Blog

Saturday, September 28, 2013