Monday, January 14, 2019

Ekspedisi TNGD (Menguak Misteri) / Episode 1

Gandang Dewata dari Paparandangan
Layar GPS (Global Position System) menunjukkan angka 2521 mdpl. setidaknya masih butuh beberapa hari untuk menjejakkan kaki pada puncak tertinggi Gunung Gandang Dewata di angka 3037 mdpl. Gunung Gandang dewata adalah salah satu gunung tertinggi yang terletak di kawasan bagian Barat Sulawesi (Pegunungan Quarlesi) dan merupakan gunung tertinggi kedua di Sulawesi setelah gunung Latimojong (3478 Mdpl). Gunung Gandang Dewata tepat berada di Kabupaten Mamasa berbatasan dengan Kabupaten Mamuju yang mempunyai ketinggian 3037 mdpl. (pada Ekpedisi episode 2, terkoreksi menjadi 3074 mdpl)

Bersama dengan 8 orang dari Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan dengan bantuan 2 orang potter lokal, ekspedisi puncak Gandang Dewata dimulai sejak 2 hari kemarin (30 Agustus 2016) dengan mengambil jalur dari Kota Mamasa.  Kami bukan yang pertama dan setidaknya ini adalah tim pendakian yang kesekian kalinya masuk di Gandang Dewata. beberapa literatur hasil browsing menunjukkan bahwa beberapa komunitas pecinta alam telah menapakkan jejaknya di puncak tertinggi di Sulawesi Barat ini. 


Lorong Lumut pada Jalur Pendakian
Informasi dari juru kunci Gandang Dewata Bapak Daud menyebutkan bahwa sejak tahun 1963, jalur pendakian Gandang Dewata telah dirintis oleh masyarakat lokal yang digunakan sebagai track perburuan satwa liar seperti babi dan anoa. Penamaan pos pos pada jalur pendakian kemudian dikenalkan mahasiswa dari salah satu Mapala di Jogjakarta di tahun 1991. Selepas itu, setidaknya ada puluhan komunitas pendaki yang menapak salah satu gunung di lajur pegunungan quarlesi ini. Sebut misalnya Mahasiswa Pecinta Alam dari Universitas Negeri Makassar yang mencapai Gandang Dewata di tahun 2003, Mapala Universitas Islam Negeri Alauddin, Kelompok Pecinta Alam Garis Palopo di tahun 2010, Mapala Universitas Assyariah dalam blog nya pernah ke puncaknya beberapa kali yang salahsatunya di tahun 2013 serta kelompok pecinta alam lokal lainnya.


Melewati jalur pendakian Gandang Dewata terasa menempuhi perkampungan lain di negeri antah berantah. Ada 'hawa' lain yang terasa. Entah karena pengaruh kondisi ketinggian yang makin mengurangi volume suplay oksigen ke ruang otak atau karena pengaruh cerita mistis pak Daud yang semalam sebelum pendakian bercerita banyak hal tentang gunung ini. Sebut misalnya salahsatu mahasiswa pecinta alam dari Polewali Mandar, Almahum Farhan, yang ditemukan meninggal karena terpisah dari rombongannya di tahun 2013. Hingga kisah misterius hilangnya mayor Latang (Kasi Lidikpam POMDAM VII Wirabuana) di tahun 2007 bersama dengan timnya pada salah satu ekspedisi ke Gandang Dewata.

Bulu kuduk berdiri membayangkan cerita sang juru kunci, makin dibuat merinding dengan hembusan angin dingin bercampur kabut tebal menusuk hingga ke tulang. hingga kemudian lamunan dibuyarkan oleh sepasang burung berwarna keemasan, hinggap di salah satu dahan berlumut. Mencoba merekam momentum yang pas untuk mengabadikannya namun belum kamera beraksi, sepasang burung itu telah terbang menjauh bersama dengan lengkingan suara indahnya. Tak ada rekaman gambar yang bisa membantu mengidentifikasi jenisnya. Menurut kajian hasil ekspedisi Widya Nusantara (EWIN)  LIPI 15-29 April 2016. Gunung Gandang Dewata sebagai pusat keanekaragaman jenis flora dan fauna Sulawesi, tingkat keragaman dan endemisitas atau kekhasan jenis organisme di gunung tersebut dinilai tinggi. beberapa diantaranya malah dipastikan menjadi species baru.  

 
Pos III
Keberadaan jenis flora yang ada antara lain jenis kayu hitam/eboni (Diospyros sp.), ragam Marga Alpinia, Marga Etlingera, famili melastomataceae, Nyatoh (Palaqium obtusifolium), Cenrana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus spp.), dao (Dracontomelon dao), aren (Arenga pinnata), bayur (Pterospermum celebicum), kenanga (Cananga odoratum), kayu hitam (Diospyros sp.), damar (Agathis dammara), Mangga (Mangifera spp.), Jabon (Anthocephalus cinensis) dan Jati (Tectona grandis), beragam jenis dari kelas Orchidaceae, Dipterocarpaceae, dan Palmae. sementara jenis flora yang ada antara lain jenis Anoa (Bubalus sp), Musang Sulawesi (Macrogolidia mussenbraecki), Burung Alo Sulawesi (Ryticeros cassidix), Kera Hitam (Macaca tonkeana), Tarsius (Tarsius spp.), Kuskus (Phalanger celebencis), Kuskus beruang (Phalanger ursinus), Rusa Timur (Cervus timorensis), Burung Raja Udang (Alcedinidae), Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), dan Burung Elang (Accipitridae), ditambah dengan beragam jenis dari kelas Reptilia dan Insecta. Species yang dipastikan menjadi wajah baru keragaman hayati di lokasi ini adalah Tikus Ompong (Paucidentomys vermidax 2012), Tikus Air Sulawesi (Waiomys mamasae 2014), Tikus Akar (Gracilimus radix 2016), Tikus Kambola (2016), dan Tikus Cecurut Lewa lewa (2016).


Menilik kanan kiri jalur pendakian dengan sesekali mencocokkan data ekspedisi flora fauna dari LIPI membuat pendakian menjadi terasa mudah. Tak terasa beberapa pos pendakian telah terlewati. malam yang turun terasa cepat memberi perintah pada tim untuk segera beristirahat. bisa jadi ini juga memberi cara bagi malam untuk memberi ruang makhluk dari dimensi lain untuk melakukan aktifitasnya di malam hari.
Masih ada beberapa hari ke depan dalam perjalanan ekspedisi ini dan mungkin beberapa tahun kemudian dalam ekspedisi yang lain hingga sebagian misteri dalam gunung Gandang dewata terkuak. keragaman flora fauna yang sudah teridentikasi sebelumnya setidaknya sedikit menguak misteri gandang dewata. Tentu masih banyak yang tertutup tabir. terutama misteri potensi keragaman hayati yang tinggi hingga misteri potensi jasa lingkungan dan wisata. Tidak punya cukup waktu rasanya mengingat misteri alam dari dimensi lain sebab mata sudah setengah terpejam, berbaring meringkuk di sela dengkur hebat kawanku, mengumpulkan energi untuk ekspedisi menguak misteri Gandang Dewata keesokan harinya. (aco,2018)

0 Comments:

Post a Comment