Gandang Dewata dari Paparandangan |
Bersama dengan 8 orang dari Balai Besar KSDA Sulawesi
Selatan dengan bantuan 2 orang potter
lokal, ekspedisi puncak Gandang Dewata dimulai sejak 2 hari kemarin (30 Agustus
2016) dengan mengambil jalur dari Kota Mamasa. Kami bukan yang pertama dan setidaknya ini
adalah tim pendakian yang kesekian kalinya masuk di Gandang Dewata. beberapa
literatur hasil browsing menunjukkan
bahwa beberapa komunitas pecinta alam telah menapakkan jejaknya di puncak
tertinggi di Sulawesi Barat ini.
Lorong Lumut pada Jalur Pendakian |
Melewati jalur pendakian Gandang Dewata terasa menempuhi
perkampungan lain di negeri antah
berantah. Ada 'hawa' lain yang terasa. Entah karena pengaruh kondisi
ketinggian yang makin mengurangi volume suplay oksigen ke ruang otak atau
karena pengaruh cerita mistis pak Daud yang semalam sebelum pendakian bercerita
banyak hal tentang gunung ini. Sebut misalnya salahsatu mahasiswa pecinta alam dari
Polewali Mandar, Almahum Farhan, yang ditemukan meninggal karena terpisah dari
rombongannya di tahun 2013. Hingga kisah misterius hilangnya mayor Latang (Kasi Lidikpam POMDAM VII Wirabuana) di tahun 2007 bersama
dengan timnya pada salah satu ekspedisi ke Gandang Dewata.
Bulu kuduk berdiri membayangkan cerita
sang juru kunci, makin dibuat merinding dengan hembusan angin dingin bercampur
kabut tebal menusuk hingga ke tulang. hingga kemudian lamunan dibuyarkan oleh
sepasang burung berwarna keemasan, hinggap di salah satu dahan berlumut. Mencoba
merekam momentum yang pas untuk mengabadikannya namun belum kamera beraksi,
sepasang burung itu telah terbang menjauh bersama dengan lengkingan suara
indahnya. Tak ada rekaman gambar yang bisa membantu mengidentifikasi jenisnya.
Menurut kajian hasil ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) LIPI 15-29 April 2016. Gunung Gandang Dewata
sebagai pusat keanekaragaman jenis flora dan fauna Sulawesi, tingkat keragaman
dan endemisitas atau kekhasan jenis organisme di gunung tersebut dinilai
tinggi. beberapa diantaranya malah dipastikan menjadi species baru.
Keberadaan jenis flora yang ada antara
lain jenis kayu
hitam/eboni (Diospyros sp.), ragam Marga Alpinia, Marga
Etlingera, famili melastomataceae, Nyatoh (Palaqium obtusifolium),
Cenrana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus spp.), dao (Dracontomelon
dao), aren (Arenga pinnata), bayur (Pterospermum celebicum),
kenanga (Cananga odoratum), kayu hitam (Diospyros sp.), damar (Agathis
dammara), Mangga (Mangifera spp.), Jabon (Anthocephalus
cinensis) dan Jati (Tectona grandis), beragam jenis dari kelas
Orchidaceae, Dipterocarpaceae, dan Palmae. sementara jenis flora yang ada
antara lain jenis Anoa (Bubalus sp), Musang Sulawesi (Macrogolidia
mussenbraecki), Burung Alo Sulawesi (Ryticeros cassidix), Kera Hitam (Macaca
tonkeana), Tarsius (Tarsius spp.), Kuskus (Phalanger celebencis),
Kuskus beruang (Phalanger ursinus), Rusa Timur (Cervus timorensis), Burung
Raja Udang (Alcedinidae), Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua
sulphurea), dan Burung Elang (Accipitridae), ditambah dengan beragam
jenis dari kelas Reptilia dan Insecta. Species yang dipastikan menjadi wajah
baru keragaman hayati di lokasi ini adalah Tikus Ompong (Paucidentomys
vermidax 2012), Tikus Air Sulawesi (Waiomys mamasae 2014), Tikus
Akar (Gracilimus radix 2016), Tikus Kambola (2016), dan Tikus Cecurut
Lewa lewa (2016).
Menilik kanan kiri jalur pendakian
dengan sesekali mencocokkan data ekspedisi flora fauna dari LIPI membuat pendakian
menjadi terasa mudah. Tak terasa beberapa pos pendakian telah terlewati. malam
yang turun terasa cepat memberi perintah pada tim untuk segera beristirahat.
bisa jadi ini juga memberi cara bagi malam untuk memberi ruang makhluk dari
dimensi lain untuk melakukan aktifitasnya di malam hari.
Masih ada beberapa hari ke
depan dalam perjalanan ekspedisi ini dan mungkin beberapa tahun kemudian dalam
ekspedisi yang lain hingga sebagian misteri dalam gunung Gandang dewata
terkuak. keragaman flora fauna yang sudah teridentikasi sebelumnya setidaknya
sedikit menguak misteri gandang dewata. Tentu masih banyak yang tertutup tabir.
terutama misteri potensi keragaman hayati yang tinggi hingga misteri potensi
jasa lingkungan dan wisata. Tidak punya cukup waktu rasanya mengingat misteri
alam dari dimensi lain sebab mata sudah setengah terpejam, berbaring meringkuk
di sela dengkur hebat kawanku, mengumpulkan energi untuk ekspedisi menguak
misteri Gandang Dewata keesokan harinya. (aco,2018)
0 Comments:
Post a Comment