Wednesday, May 15, 2013

Kenapa Harus Ekowisata ?



Beragam manfaat hutan dapat kita rasakan setiap saat. Manfaat hutan secara umum dapat dikelompokkan menjadi manfaat tangible dan manfaat intangible. Manfaat tangible adalah manfaat langsung yang kita dapatkan dari pemanfaatan sumber daya alam dalam bentuk material dan abstrak dan dapat dikuantifikasikan dalam nilai ekonomi seperti kayu, damar, lebah madu, rotan, buah buahan, kulit dan lain sebagainya. Sedangkan manfaat Intangible adalah manfaat yang dapat dirasakan secara tidak langsung dan masih dianggap sebagai barang publik serta bisa dinikmati semua orang seperti pemanfaatan alam untuk rekreasi, hidrologi, pendidikan, penelitian, pengaturan iklim dan sebagainya. Berbagai manfaat tersebut harus dikelola baik demi intensifikasi manfaat yang berkesinambungan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah yang membidangi masalah pengaturan pemanfaatan sumber daya alam dan beberapa NGO Pemerhati lingkungan sepakat bahwa manfaat yang berkesinambungan hanya akan didapat bila semua orang memahami dan merasakan secara riil bahwa manfaat Intangible hutan jauh lebih besar dan terbukti bisa menggantikan manfaat tangible.

Wisata alam adalah salah satu bentuk eksplorasi manfaat Intangible hutan yang diharapkan dapat meminimalisir eksplorasi langsung material sumber daya hutan. Nah, dapatkah kegiatan wisata alam menjadi sebuah solusi bagi pemanfaatan material sumber daya alam yang berlebihan ?. Sebagian pemerhati lingkungan meyakini bisa dengan syarat bahwa kegiatan wisata yang dilakukan berpedoman pada konsep eko wisata.

Ekowisata Vs Wisata Alam
The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 mendefinisikan pengertian ekowisata sebagai berikut :
"Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people."
"Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat”.
 Bandingkan dengan pengertian wisata alam yang pernah didefinisikan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987 :
"Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini."
Definisi antara kegiatan wisata alam biasa dengan wisata alam berbasis ekowisata sebenarnya hampir sama, yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka. Hanya saja, menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan yang berefek langsung pada kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata.

Ciri-ciri Ekowisata

Menurut Fandeli et.al (2000), ekowisata pada mulanya hanya bercirikan bergaul dengan alam untuk mengenali dan menikmati. Meningkatnya kesadaran manusia akan kerusakan/peruasakan alam oleh ulah manusia sendiri, telah menimbulkan/menumbuhkan rasa cinta alam pada semua anggota masyarakat dan keinginan untuk sekedar menikmati telah berkembang menjadi memelihara dan menyayangi, yang berarti mengkonservasi secara lengkap. Unsur utama pada ciri ciri ekowisata adalah :

·           Konservasi;
Konsep ekowisata secara langsung maupun tidak, akan berefek pada pelestarian alam dan lingkungannya.
·           Edukasi;
Mendidik semua orang untuk ikut melestarikan alam lingkungan yang dimaksud, baik itu pengunjung wisata, pengelola/penyedia wisata maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.
·           Pemberdayaan masyarakat setempat;
Pelibatan masyarakat dalam kegiatan ekowisata bertujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya (peningkatan kesejahteraan).

Beberapa Faktor Penentu keberhasilan Ekowisata
Keberhasilan pelaksanaan wisata alam yang berbasis ekowisata dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor utama, yaitu :
·           Objek wisata
Objek wisata bisa diartikan sebagai sesuatu yang memiliki daya tarik dan mengundang orang untuk datang, punya nilai dan biasa disebut atraksi. Faktor ini adalah bahan jualan dalam kegiatan pasar kepariwisataan.
·           Penikmat wisata
Penikmat wisata adalah orang orang yang sengaja melakukan perjalanan ke tempat tempat tertentu guna menikmati setiap daya tarik keindahan dan gejala gejala alam yang menarik. Dalam struktur pasar, faktor ini bisa diasumsikan pembeli.  
·           Penyedia/pengelola wisata
Setiap penyedia atau pengelola wisata secara tidak langsung terkategori sebagai penjual. Factor ini harus memahami dengan jelas bahwa penataan areal wisata seperti pembangunan sarana prasarana wisata tidak boleh mengabaikan faktor ekologi. Demi memperoleh uang tiket dari pengunjung sebanyak-banyaknya, kerapkali pengusaha dan pemerintah setempat berpikir pendek dalam pengembangan pariwisata. Misalnya, Daerah hutan disulap menjadi penginapan dan menghilangkan sifat alamiah objek tersebut.
·           Masyarakat lokal
Pengembangan kegiatan wisata dengan konsep ekowisata tidak menghilangkan dan membatasi ruang bagi masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam pengelolaan kegiatan dimaksud. Masyarakat diharapkan berada pada ruang yang sama dengan para pemegang kepentingan, bahkan dalam beberapa aspek tertentu, masyarakat bisa menjadi pihak pengelola wisata. Misalnya, penyediaan penginapan, jasa pemandu wisata dan lain sebagainya. Pada beberapa lokasi, pengelolaan objek wisata alam sudah menerapkan konsep Ekowisata berbasis komunitas (community-based ecotourism) yang mengedepankan peran utama masyarakat didalamnya.
·           Perangkat hukum/kearifan lokal
Manusia adalah makhluk yang dinamis, bisa berubah pada saat kapanpun dengan sangat tidak terduga. Pelaku wisata yang terdiri dari penikmat wisata, penyedia/pengelola wisata dan masyarakat lokal adalah manusia dengan kecenderungan seperti itu. Sehingga, proses pengembangan wisata bisa saja bergeser dengan dari standar ekowisata. Keberadaan perangkat hukum dan kearifan lokal baik secara tertulis maupun tidak tertulis setidaknya bisa mengantisipasi efek negatif dari keadaan demikian.

Ukuran keberhasilan Ekowisata

Keberhasilan penerapan konsep ekowisata dalam pelaksanaan wisata alam dapat diukur melalui kegiatan evaluasi yang bisa dilakukan secara kontinyu. Setidaknya ada tiga kriteria yang bisa dijadikan ukuran keberhasilan ekowisata, yaitu :

·      Ancaman terhadap kekayaan sumber daya alam menurun;
Ada perbedaan signifikan antara gangguan pada kekayaan sumber daya alam sebelum dan sesudah penerapan konsep ekowisata pada cara menikmati objek wisata alam. Gangguan terhadap sumber daya alam cenderung menurun seiring meningkatnya kesadaran semua pihak.

·      Adanya income generating untuk kegiatan konservasi;
Baik hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari kegiatan eksplorasi wisata maupun pungutan lain yang tidak tercatat sebagai pajak, sebagian bisa dikembalikan ke alam dalam bentuk pembiayaan pada beberapa kegiatan restrukturisasi alam.
  
·      Ada keuntungan riil yang dirasakan masyarakat.
Masyarakat Indonesia adalah komunitas yang terbiasa mengukur keberhasilan suatu program atau ajakan pada satu konsep dengan nilai cost riil yang bisa didapatkan. Dengan ekowisata, masyarakat diharapkan secepat mungkin merasakan pertambahan nilai ekonomis (economical benefit) yang bisa mendukung pencapaian kesejahteraan masyarakat. Contoh ; Masyarakat ikut berperan aktif dalam penjualan souvenir, jasa pemanduan wisata, penginapan lokal, warung makanan dan sebagainya.
Eksplorasi keindahan alam melalui wisata alam yang menggunakan konsep ekowisata seyogyanya tidak akan merusak keberadaan setiap gejala dan daya tarik alam selama semua orang paham konsep ekowisata yang sebenarnya. Tanpa penjelasan secara harfiah pun, konsep ekowisata tanpa disadari akan diterapkan semua orang karena ada aspek manfaat jelas yang dirasakan. Nah, ada jawaban khan, kenapa harus ekowisata ? (kaka,2012)  

Sumber :
www.ekowisata.info diakses pada tanggal 4 april 2012 pukul 23.10 WITA
http://www.ekowisata.info/definisi_ekowisata.html, diakses pada tanggal 1 april 2012 pukul 22.30 WITA
http://alamendah.wordpress.com/category/wisata/ diakses pada tanggal 2 april 2012 pukul 19.45 WITA
Panduan dasar pelaksanaan Ekowisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias 2009.



0 Comments:

Post a Comment