Wednesday, November 20, 2024
Sunday, June 18, 2023
Gandang Dewata, Taman Nasional ke 53 di Indonesia
Taman Nasional Gandang Dewata memiliki luas 189.208,17 hektar, terletak di Kabupaten
Mamasa, Kabupaten Mamuju Tengah, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamuju Utara
Provinsi Sulawesi Barat. Merupakan kawasan konservasi yang memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi dengan keaslian dan keunikannya.Puncak Gandang Dewata di 3074 mdpl
Pada tahun yang sama dengan ditetapkannya Taman
Nasional Zamrud, di sisi tengah Indonesia, tepatnya di Propinsi Sulawesi Barat,
lahir pula Taman Nasional Gandang Dewata. Taman Nasional ke-53 ini memiliki
tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dengan keaslian dan keunikannya,
menjadi dasar utama penetapan kawasan ini sebagai taman nasional. Kawasan ini
juga menjadi habitat penting bagi sejumlah spesies burung endemik dan beberapa
spesies baru yang ditemukan. Selain itu, taman nasional ini memiliki keindahan
alam yang dapat menjadi objek dan daya tarik wisata alam. Gandang Dewata juga
memiliki peranan penting sebagai pemasok air bagi penduduk di sekitarnya.
Bahkan PLTA Bakaru di Kabupaten Pinrang yang merupakan pembangkit listrik
terbesar di Sulawesi Selatan, Suplay airnya juga salah satunya bersumber dari
Kawasan Taman Nasional Gandang Dewata.
Pecinta alam di jalur pendakian
Banyak mitos, adat, budaya dan kepercayaan serta
sejarah cerita-cerita misteri yang masih tetap terpelihara terkait Gunung
Gandang Dewata, sehingga sebagian besar masyarakat setempat menganggap gunung
ini sangat mistis dan sakral. Ada cerita menarik yang secara turun temurun dan
masih dipercayai hingga saat ini, seperti misalnya "tau-tau bannik"
(Bahasa Mamasa), artinya makhluk kerdil yang hidup berkelompok di hutan, konon
perkampungan makhluk kerdil itu kadang tampak dan kadang tidak, kemudian cerita
tentang pengembala anoa yang masih misteri.
Saat ini, Pengelolaan Taman Nasional dibawah
Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan dengan Kantor perwakilan pengelolaan Taman
Nasional berada di Kota Mamasa.
Jarak tempuh dari Mamuju, ibu kota Sulawesi
Barat ke Mamasa sejauh 148 KM dengan waktu tempuh sekitar sekitar 5-6 jam.
Sedangkan jika anda dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, sekitar 340
kilometer atau sekitar 10 jam. Adapun dari Polewali Mandar, sebagai daerah asal
sebelum dimekarkan, sekitar 93 kilometer atau 3-4 jam.
Sama seperti daerah Sulbar pada umumnya, ke Mamasa melalui jalur darat
menggunakan bus dan omprengan dengan fasilitas AC dan non-AC. Tarif dari
Makassar mencapai Rp 200 ribu. Sedangkan dari Mamuju dikisaran Rp 140-160 ribu.
Letak geografis yang cukup dekat dengan Toraja membuat daerah ini juga
menyediakan fasilitas angkutan umum untuk dua daerah ini. Menggunakan bus, anda
hanya merogok kocek kisaran Rp 8 ribu-Rp 100 ribu. Namun kondisi jalan yang
belum baik membuat jarak tempuhnya hingga 10 jam.
Jalur darat itu kerap menjadi polemik karena tak terawat dengan baik. Tak
jarang, kita menemukan jalan berlubang, berlumpur, dan tak beraspal bila sudah
melewati kota Polewali. Akibatnya, jarak tempuh normal kadang meleset dari
perkiraan. Namun hamparan hutan hijau yang terbentang di kanan kiri jalan bakal
menghilangkan rasa bosan di perjalanan. Di sana ada barisan hutan pinus nan
hijau serta sejuk.
Pembangunan bandar udara perintis bernama Bandara Sumarorong sangat membantu
mengurangi masalah transportasi ke daerah ini. Bandara dengan panjang landasan
pacu 900 meter dan lebar 30 meter telah beroperasi pada 2014. Pesawat yang
menggunakan jasa bandara tersebut milik Aviastar, maskapai penerbangan domestik
yang berbasis di Jakarta Timur. Namun sayangnya, sejak 5 tahun terakhir,
belum pernah lagi beroperasi.
Masalah akomodasi dan konsumsi tak usah
dikhawatirkan, ada beberapa fasilitas penginapan kelas melati dengan kisaran
harga antara Rp. 200.000,- Rp. 600.000,- di pusat kota Mamasa. Beberapa
rekomendasi penginapan itu antara lain Hotel Sajojo, Hotel Matana, Al Ikhsan
dan sebagainya. Sedangkan untuk urusan konsumsi, warung berstatus ‘umum’
gampang ditemui. Walaupun penduduk Mamasa didominasi oleh Masyarakat Nasrani,
tapi penghargaan terhadap calon tamu yang mengharamkan makanan tertentu sangat
besar.
Jangan ragu berkunjung ke Kota Mamasa dan jika masih ada pertanyaan, silahkan
hubungi salah satu kontak Pengelola Taman Nasional, Hamka (085342549936)
Monday, January 14, 2019
Ekspedisi TNGD (Menguak Misteri) / Episode 1
Gandang Dewata dari Paparandangan |
Thursday, July 13, 2017
Sejarah Gandang Dewata
Jika ditelisik, saintisme ekologi yang dianut para pakar lingkungan atau mereka yang disebut sebagai ilmuwan ekologi, sungguh berbeda jauh dengan indigenous knowledge atau kearifan pengetahuan lokal masyarakat
Jamak dipahami bahwa, untuk memahami sains atau ilmu pengetahuan maka langkah yang bisa ditempuh adalah, logico hypothetico verificatif yakni membuktikan bahwa sesuatu itu logis, dan padanya bisa diajukan hipotesis dan dapat dibuktikan. ia dapat diukur degan menggunakan rasio dan bukti empiris.
Sedangkan mistik, ukurannya ada pada kepercayaan yang kebenarannya dapat diukur dengan empiris. Karenanya acapkali ia adalah suatu pengetahuan yang tidak dapat dijelaskan secara rasional namun ia diyakini secara subjektif dan memang dapat dibuktikan secara empiris.
Kesimpulannya, sains tidak membutuhkan mistisme, mistisme tidak membutuhkan sains, namun manusia butuh keduanya.
Sampai disini dapat dipahami bahwa, mistik merupakan kekuatan intuisi yang memang tak bisa diperoleh dari bangku sekolah, perguruan tinggi dan teori teori akademis. Mistik secara intuitif merupakan kemampuan deep inner personality “personalitas dalam hati” untuk memahami apa itu kebenaran dan kesejatian. Mistik sering disalah pahami karena hanya ditinjau dari segi keterbatasan logika atau nalar, teori-teori sains, dan pandangan agama formal.
Mendaki erat kaitannya dengan spritualitas sehingga untuk memahami kandungan esoterik yang dimiliki oleh Gandang Dewata butuh kejernihan akal dan pikiran. Gandang Dewata Sendiri jika ditinjau dari sejarah pada mulanya adalah daratan terendah di pulau Sulawesi hal tersebut dibuktikan dengan adanya batu besar berbentuk perahu yang konon ceritanya adalah milik Putri Raja yang kandas di Puncak Gunung Gandang Dewata. Tapi kini Gandang Dewata telah menjadi tanah tertinggi di Sulawesi Barat namun sisa-sisa lautan masih kadang kita jumpai.
Penghuninya, sebagaimana Daud, salah seorang tokoh masyarakat Mamasa yang dikenal sebagai “pakar” mistikus ekologi Gandang Dewata menyebutkan, masyarakat Rante Pongkok adalah masyarakat yang mempertahankan hidupnya dari bertani di alur pegunungan Gandang Dewata.
Secara sosiologis, Gandang Dewata telah memiliki hubungan emosional dengan masyarakat kampung terakhir Desa Rante Pongkok sejak dulu. Untuk memahami kepercayaan tradisional mistis terhadap keberadaan penghuni di hutan “perawan” tersebut jika mau jujur, merupakan konsep rumit pada extra-sensory perception of meta linguistic “metabahasa dalam kepekaan rasa batin”. Mereka menemukan cara rahasia melalui meta linguistic system untuk melindungi ciptaan Tuhan yang sangat kompleks di hutan tersebut. Dengan menghubungkan keberadaan turunnya Dewa yang membunyikan gendang yang senantiasa memberikan informasi kepada masyarakat melalui hutan, serta hutan sebagai lahan untuk menunjang hidup maka hutan terlegitimasi secara etik dan moral untuk dijaga dan dicintai.
Gunung Gandang Dewata masih tenang, tegak diselimuti kabut putih. Dan turunnya kabut tersebut dipercaya oleh segilintir masyarakat Rante Pongkok adalah keinginan para penghuninya.
Kepercayaan tersebut jelas sangat berbeda dengan apa yang kita yakini bahkan keberadaan pengembala anoa yang sampai hari ini belum pernah kita dengar bahkan kita lihat keberadaannya adalah benar adanya. Entah dari mana kepercayaan itu muncul. Jelasnya hal tersebut di paparkan oleh Daud yang juga tak lain adalah juru kunci Gunung Gandang Dewata saat pengambilan data Gunung Mambulilling di lapangan.
Banyak orang pernah mendengar legenda budaya bangsa maya. Selama ini, kesan sebagian besar orang terhadap bangsa maya tidak terlepas dari suasana hutan belantara.
Dimana bangsa maya, yang terlintas dalam benak sejumlah orang adalah sekelompok mahluk halus yang berada di dalam hutan belantara yang terpencil dan sepi.
Lalu siapakah bangsa maya penghuni Gunung Gandang Dewata tersebut. Keberadaan mereka diyakini oleh semua orang sebagai penghuni Gunung Gandang Dewata yang masih sebangsa dengan manusia. Mereka dari bangsa maya yang dikenal dengan nama To Membuni.
Diyakini mereka adalah salah satu penghuni Gunung Gandang Dewata yang ada di dalam hutan, dan beraktivitas dalam hutan belantara. Mereka tidak banyak bercampur dengan manusia tetapi kadang pula menampakkan dirinya dan masuk ke dunia manusia.
Setiap alam kehidupan mempunyai urusannya masing-masing mereka tergolong dalam golongan mahluk-mahluk halus yang asli dan tinggal di dunianya bersama masyarakat sendiri.
To Membuni adalah sekelompok masyarakat yang tak tampak kasat mata namun dia dapat berkomunikasi dengan orang-orang tertentu.
“Inilah kenyataan misteri yang dikandung oleh Hutan Perawan Gunung Gandang Dewata dan setiap pendaki yang pernah kesana pasti bisa merasakan keberadaanya,” ungkap Daud suatau ketika kepada penulis.
To Membuni termasuk mahkluk halus yang hidup di alam demit (salah satu dari enam alam yang di huni mahluk halus). Bangsa ini memang senang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang hijau dan lebih sejuk hawanya, rumah-rumah mereka bentuknya sederhana terbuat dari kayu dan bambu. Mereka seperti manusia hanya bentuk badannya lebih kecil. Kehidupannya hampir sama seperti kehidupan di dunia manusia, yang membedakannya adalah tidak adanya sinar terang seperti matahari dalam lingkungan hidup mereka.
Dalam dunianya mereka merokok. Bahkan rokok yang mereka gunakan sama seperti di dunia manusia, membayar dengan uang yang sama, memakai macam pakaian yang sama, bahkan mereka mempunyai kota seperti di dunia manusia. Dan sekali lagi, Ia tak nampak oleh kasat mata.
Begitu banyak cerita yang diungkap oleh masyarakat Rante Pongkok Desa Tondok Bakaru Mamasa tentang keramatnya Gunung Gandang Dewata yang dapat membuat bulu kuduk merinding saat mendengarnya. Gunung keramat ini kemudian kian bertambah misterinya, utamanya saat peristiwa hilangnya Mayor Latang secara misterius di Alur Pegunungan Gunung Gandang Dewata. Namun mampukah kita membuktikan kebenaran mitos tersebut. Entahlah. (s)
sumber : https://latimojong.wordpress.com/2011/01/23/sejarah-gandang-dewata/
Wednesday, April 2, 2014
Lihat apa di PALOPO ?
Palopo, layaknya sebuah pusat kota kerajaan Sawerigading. Demikian aku melihatnya. Ini pendapat pribadi saya lho..., yang memang bukan berasal dari Kota yang indah ini. luas kota palopo tidak terlalu besar, sejam juga sudah cukup untuk mengitari seluruh wilayahnya.
Kalo anda ada rencana berkunjung ke kota ini, setidaknya ada beberapa titik yang harus kalian kunjungi.
Monday, March 24, 2014
Tips Nyusun DUPAK
Gambar from : Sakeragambar,blogspot.com |
Pertama : Aktiv ; artinya kalau ingin mendapat angka kerdit harus rajin, ulet, semangat dan pantang
menyerah….anggap saja AK (angka Kredit) adalah SKS kita yang wajib kita selesaikan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan (biasanya 2 tahun minimal ).
Sunday, September 29, 2013
Menambahkan Jam pada Blog
Nah anda mau punya punya tampilan jam di Blog ? yang bisa mengEliminir potensi kehilangan uang...!, ada banyak cara yang dapat kita lakukan. salah satunya adalah seperti yang telah saya intip dari Spectrum Of Colour, Blognya mba' Yeti :